Di hadapan 300 orang yang terdiri dari para guru dan siswa sekolah dari SD, SMP dan SMA se-Kecamatan Tomohon Utara, Camat, para Lurah dan Pala Lingkungan, Kamis siang itu Walikota dan jajaran Muspida meresmikan sekolah Tangguh Bencana dan Sekolah Siaga Bencana di Sport Hall, SMA Lokon (20/9/2012).
“Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana serta pelaksanaan Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam. Pengukuhan Sekolah Siaga Bencana dan Tangguh Bencana itu, untuk mengantispasi bila sewaktu-waktu terjadi bencana alam Gunung Lokon” tambah Sekkot Tomohon, Bp. DR. Drs. Arnold Poli, SH, MAP dalam ceramahnya yang berjudul Penyelenggaraan Komanda Siaga/Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Lokon di Kota Tomohon Propinsi Sulut.
“Anda hari ini dikukuhkan sebagai guru pembina dan siswa siaga/tangguh bencana, bukan sekedar menerima rompi “orange” saja tetapi berperan sebagai relawan, dalam penanggulan bencana alam, khususnya antisipasi meletusnya Gunung Lokon. Peran anda semua dibutuhkan dalam membimbing, mengarahkan evakuasi masyarakat korban bencana alam. Pengukuhan ini adalah yang pertama kali dilakukan di kota Tomohon.” tegas Walikota sebelum memberikan rompi orange bertuliskan “sekolah siaga bencana” dan “sekolah tangguh bencana” kepada perwakilan guru dan siswa sekolah se kecamatan Tomoho Utara.
Pemberian dan pengenakan rompi dilakukan secara simbolis oleh Walikota Tomohon, Sekkot, Ketua DPRD, Kapolres, Koramil, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Kadis Diknas Tomohon. Bersamaan dengan penyerahan itu, hadirin serentak juga memakai rompi yang sudah diserahkan sebelum acara sosialisasi dimulai. Ruang Sport Hall seketika berubah menjadi warna orange khas warna penanggulangan bencana.
Mengapa sekolah-sekolah dilibatkan dalam penanggulangan bencana alam itu? Adakah unsur pendidikannya atau hanya mengumpulkan para relawan bencana?
“Penduduk warga Tomohon Utara dengan 10 kelurahan, ber jumlah 36.046 jiwa. Jika terjadi bencana alam, masyarakat dihimbau untuk melihat rompi orange (siswa atau guru), lalu ikutilah petunjuk dan araham mereka agar selamat dari bahaya bencana. Setidaknya jangan panik atau bingung, anda akan diarahkan oleh guru atau siswa agar terhindar dari bencana alam khususnya jika Gunung Lokon mletus seperti tadi malam” tegas Bapak Arnold Poli dalam ceramahnya di hadapan mereka.
“Sosialisasi Pemantauan dan Penyebarluasan Informasi Potensi Bencana Alam” oleh BPBD Kota Tomohon di Sport Hall SMA Lokon siang itu mendapat tanggapan yang serius dari para peserta. Tanya jawab berlangsung seru, terutama ketika beberapa orang bertanya soal gunanya menggunakan rompi orange yang tadi dibagikan kepada para guru dan siswa.
Memang, secara geografis, Tomohon terletak di dataran tinggi jazirah Sulawesi, sebagai bentukan pertemuan Lempeng Eurasia di arah Barat, Lempeng Philipina dari arah Timur Laut dan Lempeng Pasifik dari arah Timur. Sedangkan, posisi sekolah Lokon berada di sebelah Selatan dari Kawah Tompaluan. Jarak kawah dengan sekolah SMA Lokon sekitar 6-7 km (di luar dari garis berbahaya yang ditetapkan 5 km).
“Akhir tahun 2011 di Jakarta, SMA Lokon telah dipilih oleh Kemendiknas sebagai sekolah “penyangga” bencana. Dipilihnya sekolah ini, bukan tanpa alasan. Sekolah ini dianggap siap dalam menyangga sekolah-sekolah lain yang berada di desa Kinilow dan Kakaskasen yang masuk dalam radius “awas”. Tujuan utamanya, menurut Diknas, adalah meski terjadi bencana proses pembelajaran harus tetap berjalan. Tak hanya proses, namun kelengkapan sarana prasarana yang dimiliki sekolah berasrama ini menjadi pertimbangan Kemendiknas memilih SMA Lokon sebagai sekolah penyangga bencana. Kami siap membuka dapur umum, menyediakan tempat sekolah darurat, bahkan siap untuk menampung pengungsi” cerita Bp. Fery Doringin, Kepsek SMA Lokon yang akhir tahun lalu menerima undangan Kemendiknas ke Jakarta untuk menerima bantuan alat komunikasi, tenda, transportasi untuk mobilisasi tanggap darurat bencana alam, khususnya Gunung Lokon.
Istilah “Sekolah Penyangga Bencana” muncul dari Diknas. Tapi dari sisi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Tomohon, SMA Lokon ditingkatkan dari sekolah siaga bencana menjadi sekolah tangguh bencana. “SMA Lokon adalah sekolah pertama di Indonesia yang ditunjuk oleh Diknas sebagai sekolah penyangga bencana alam sekaligus sekolah tangguh bencana” tegas Pak Fery.
Lebih lanjut, manajemen bencana juga disampaikan dalam kesempatan itu. Pra Bencana, Saat Bencana dan Paska bencana. Pengukuhan sekolah siaga dan tanggap bencana itu termasuk dalam kegiatan pra bencana. Termasuk menetapkan Kategori Rawan Bencana (KRB) yang terbagi Dallam dua radius. KRB I berada di radius 5 km dari kawah dengan potensi bahaya berupa lahar, banjir lahar, hujan abu tebal, hujan batu pijar. Radius satu ini mencakup 10 kelurahan di wilayah Tomohon Utara yang dihuni 28.016 jiwa. Sedangkan KRB II, radius 3,5 km berpotensi terjadi awan panas, lava pijar, lontaran material vulkanik yang panas, dihuni 8.030 jiwa mencangkup 3 kelurahan.
Acara itu berlangsung hingga sore. Jelang penutupan, hujan deras mengguyur meski tak lama sehingga semua peserta bisa pulang tanpa basah kena air hujan.
Anda sedang membaca artikel tentang Sekolah Penolong Korban, Namanya Sekolah Tangguh Bencana dan anda bisa menemukan artikel Sekolah Penolong Korban, Namanya Sekolah Tangguh Bencana ini dengan url http://kaycool37.blogspot.com/2012/09/sekolah-penolong-korban-namanya-sekolah.html.. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Sekolah Penolong Korban, Namanya Sekolah Tangguh Bencana ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
0 Komentar:
SIlahkan Berkomentar dan Mematuhi Aturan-aturan Disini
* Silahkan Anda Komentar Sesuai Artikel Di Atas
* Gunakan Bahasa Yg Sopan, Baik, dan Tertib
* Jangan Menebar SPAM, FLOOD, FLAMING
* Hindari Dari Duplikat Komentar
* Dilarang memakai Kata-kata Kotor, Kasar